Created by : fitri febriyanti (1313023030) - chemistry education of university lampung 2013

Metalurgi



Metalurgi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi logam, pengolahan dari bijihnya, pemurnian, serta studi sifat maupun penggunaannya. Namun demikian, dalam kesempatan ini hanya dipelajari pemurnian logam hasil pengolahan dari bijihnya.
Prosedur pengolahan logam dari bijihnya melewati tiga tahap yang umum yaitu pemekatan bijih, ekstraksi logam dari bijihnya termasuk reduksi logam, dan pemurnian (refining) logam. Berikut penjelasannya :
1.    Pemekatan bijih
Pada tahap ini mineral yang berharga dipisahkan semaksimal mungkin dari batu-batuan yang tidak diinginkan. Biasanya hari ini dilakukan dengan penggerusan bijih menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil, kemudian pemisahan dapat dilakukan dengan metode flotasi (flotation). Menurut metode ini, bijih gerusan halus dimasukkan kedalam sebuah tangki yang
berisi air, agen pelengket, seperti minyak tusam (pine oil), yang akan membasahi mineral pembawa logam tetapi tidak membasahi partikel-partikel batu silikat yang tak diinginkan, agen aktif permukaan, dan mungkin juga agen pembuih. Agen aktif permukaan berfungsi seperti molekul sabun atau detergen yang memiliki satu ujung polar yang dapat diadsorbsi pada permukaan mineral dan satu ujung hydrofobik (hidrokarbon) yang dapat ditarik kedalam gelembung membawa mineral ke dalam buih (busa). Campuran kemudian diaduk dengan kuat, dan arus udara disemprotkan dengan kuat ke dalam tanki sehingga partikel mineral terbawa ke permukaan oleh gelembung udara sebagai buih dan selanjutnya dapat dipisahkan. Sebagian besar batu-batuan yang tak diinginkan tenggelam kedasar tanki.



 

                       Gambar 2.1. Proses pemekatan dengan flotasi.


2.    Ektraksi
Ektraksi logam dari bijih pekat melibatkan proses reduksi logam dari tingkat oksidasi positif menjadi logam bebas. Sebelum reduksi, biasanya diperlukan beberapa perlakuan lain seperti proses sintering (pelengketan), yaitu suatu pemanasan bijih lembut tanpa pelelehan untuk memperoleh bijih yang lebih besar ukurannya, atau calcining (kalsinasi), yaitu suatu pemanasan bijih karbonat atau oksida ntuk membebaskan gas karbon dioksida, misalnya :
4 FeCO3 (s) + O2 (g)  2 Fe2O3 (s) + 4 CO2 (g)
Selain itu dapat juga dilakukan roasting (pemanggangan), yaitu suatu proses pemanasan dalam oksigen atau udara dibawah titik leleh bijih yang bersangkutan yang biasanya dilakuakn pada bijih sulfide untuk memperoleh oksidanya, misalnya :
2 PbS (s) + 3 O2 (g)  2 PbO (s) + 4 SO2 (g)
Kedua proses tersebut pada dasarnya dilakuakn untuk memperoleh bijih oksidanya. Proses untuk ekstraksi, reduksi dan pemurnian logam secara umum, dibagi dalam tiga macam metalurgi yaitu pirometalurgi, elektrometalurgi, dan hidrometalurgi.


3.    Pemurnian Logam
pemurnian logam kasar sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama, adanya pengotor mungkin mengakibatkan logam yang bersangkutan tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang diinginkan, misalnya adanya arsenic dalam persentase yang sangat kecil saja sebagai pengotor umumnya dalam tembaga, mengakibatkan penurunan sifat konduktivitas listrik 10-20% kedua, adanya pengotor dalam logam itu sendiri mungkin sangat berharga, misalnya timbel dan tembaga.
Metode untuk pemurnian logam kasar meliputi pemurnian (1) elektrolitik misalnay untuk tembaga, (2) oksidasi pengotor yang harus dipisahkan, misalnya untuk besi, atau (3) distilasi logam dengan titik didih rendah seperti untuk raksa, zink dan nikel, (4) pemurnian zona (zone refining).

 

Pemurnian zona merupakan teknik pemurnia logam dengan hasil kemurnian yang sangat tinggi. Teknik ini berdasarkan pada kenyataan bahwa pengotor lebih mudah larut dalam fase cairan daripada fase padatan. Dalam proses ini batangan logam yang akan dimurnikan dilewatkan secara perlahan kedalam kumparan pemanas listrik yang mengakibatkan logam meleleh dan pengotor larut didalam fase lelehan logam. Batangan logam bergerak terus maju dan ketika keluar dari kumparan pemanas maka bagian ujung luar menjadi dingin dan segera memadat kembali, sedangkan pengotor akan tetap tertinggal larut dalam zona pelelehan didalam kumparan pemanas. Karena batangan logam bergerak maju terus maka batangan yang keluar dari kumparan menjadi beku-murni dan semakin panjang, sehingga pada akhirnya sebagian besar pengotornya terkumpul pada bagian ujung belakang, dan ini dapat dipisahkan dengan pemotongan.


2.1    Jenis-Jenis metalurgi

1.           Pirometalurgi
melibatkan reksi kimia yang dilaksanakan pada temperature tinggi. Misalnya dalam smelting (peleburan atau pelelehan), redusi mineral menghasilkan lelehan logam yang dapat dipisahkan dari batuan yang tak diinginkan. Dlam proses reduksi ini biasanya dipakai karbon atau logam lain. Oksida-oksida hasil pemanggangan bijih sulfide atau hasil kalsinasi bijih karbonat tersebut umumnya direduksi dengan peleburan oleh karbon, menurut persamaan reaksi :
ZnO (s) + C (s)  Zn (s) + CO (g)
Biasanya, pemekatan bijih tidak sampai memisahkan secara sempurna batu-batuan pengotor yang tak diinginkan dari mineralnya. Batu-batuan pengotor dipisahkan dalam proses peleburan dengan penambahan pereaksi fluks untuk menghasilkan slag (terak atau ampas bijih) yang berupa cairan pada temperature proses dalam tungku. Sebagian besar slag adalah silikat, misalnya :
SiO2 (s)           +         CaCO3 (s)  CaSiO3 (l) + CO2 (g)
Batuan pengotor                           fluks                 slag
Lelehan logam dan slag membentuk lapisan yang terpisah dalam tungku sehingga dapat dipisahkan. Slag dapat dipadatkan sebagai massa mirip gelas untuk dibuang atau dipakai pada pembuatan semen Portland. Metode pirometalurgi diterapkan untuk produksi tembaga, zink, dan besi.


Adapun contoh dari pirometalurgi adalah sebagi berikut :
a.    Tembaga
Pada mulanya, bijih tembaga dipekatkan dengan penggerusan, kemudian dipanggang dan dilebur dalam proses multitahap yang memisahkan besi dan tembaga sulfide yang sebagian besar ada dalam bijih tembaga (kalkosit-Cu2S, kalkopirit-CuFeS2). Bijih pertama-tama dipanggang untuk membebaskan sebagian belerang sebagai belerang dioksida dan belerang trioksida. Kemudian pemanasan dalam tungku dengan fluks silica akan mengubah oksida-oksida besi dan beberapa besi belerang menjadi ampas (slag), dan menghasilkan campuran lelehan tembaga sulfide dan besi sulfide dengan ampas besi silikat terapung di atas. Beberapa persamaan reaksi yang penting dalam proses ini adalah :
FeS2 (l) +O2 (g)  FeS (l) + SO2 (g)
3 FeS (l) + 5 O2 (g)  Fe3O4 (l) + 3 SO2 (g)
2 CuFeS2 (l) + O2 (g)  Cu2S (l) + 2 FeS (l) + SO2 (g)
Fe3O4 (l) + FeS (l) + 4 SiO2 + O2 (g)  4 FeSiO3 (l) + SO2 (g)
                                                       ampas besi silikat
Campuran lelehan sulfide dibawa ketangki pengubah (conventer) untuk dilebur dengan silika bersama oksigen yang ditiupkan melalui campuran. Dibagian ini sisa besi dipisahkan sebagai ampas besi silikat dan langkah terakhir adalah reduksi menjadi logam tembaga. Persamaan reaksinya adalah :
2 Cu2S (l) + 3 O2 (g)  2 Cu2O (l) + 2 SO2 (g)
2 Cu2O (l) + Cu2S (l)  6 Cu (l) + SO2 (g)
Gas belerang  dioksida merupakan produk pencemar, oleh karena itu diusahakan untuk dihilangkan dengan oksidasi katalitik menjadi asam sulfat via belerang trioksida, atau dengan mengalirkan gas ini melalui bara karbon hingga terjadi reduksi menjadi belerang.
SO2 (g) + 2 C (s)  S (l) + 2 CO (g)
Tembaga yang diperoleh dari peleburan bijih sulfide belum murni dengan pengotor utama adalah perak, emas, zink, timbel, arsenic, belerang, tembaga (I) oksida dan sedikit ampas. Dengan pemanasan lelehan logam tak murni ini dengan arus udara, sebagian besar arsenic dan belerang diubah menjadi oksidanya yang mudah menguap. Pengotor yang lain dihilangkan melalui proses pemurnian secara elektrolisis seperti pada gambar 2.4. Batang-batang tembaga kasar dipasang sebagai anode dalam sel elektrolisi dan lempengan tembaga murni sebagai katode dan elektrolitnya adalah campuran asam sulfat encer, natrium klorida, dan tembaga (II) sulfat. Dengan mengontrol secara hati-hati voltase arus listrik yang digunakan hanya tembaga dan pengotor logam yang lebih elektropositif (bisi, zink, timbel) dalam anode yang teroksidasi dan larut. Logam pengotor yang kurang elektropositif (perak, emas) tidak terpengaruh dan jatuh dari anode yang mengalami disintegrasi. Jika terjadi oksidasi terhadap perak, maka Ag akan diendapkan sebagai AgCl. Proses seperti ini mampu menghasilkan tembaga dengan kemurnian > 99,9 %.





b.    Zink
Bijih Zink yang paling umum adalah sfalerit atau zinkblende, ZnS dan smitsonit, ZnCO3. Lainnya adalah zinkit, ZnO dan franklinite, (Zn,Mn)O. nFe2O3, dengan rasio Zn, Mn, dan Fe2O3 bervariasi. Titik didih zink yang rendah (907oC) memungkinkan dapat dilakukan distilasi terhadap lelehan bijih zink yang sering diikuti distilasi lanjut untuk pemurnian logam zink. Metalurgi bijih franklinite sangat menarik, karena pada reduksi pada temperature tinggi menghasilkan zink, mangan dan besi. Zink dapat dipisahkan dengan distilasi sedangkan campuran mangan-besi dapat langsung dijadikan logam paduan atau baja.
Sebagaian besar, bijih zink dipanggang untuk mengubah sulfida menjadi oksidanya, kemudian dilanjutkan dengan reduksi pada temperature tinggi dengan karbon untuk menghasilkan logam zink yang kemudian dikondensasi dan dimurnikan. Persamaan reaksinya adalah :
ZnO (s) + C (s)  Zn (s) + CO (g)
Logam zink juga dapat diekstrak menurut proses hidrometalurgi. Sebagai contoh, larutan zink sulfat dapat diperoleh secara peluluhan dengan asam sulfat dan oksigen pada bijih sulfide yang telah dipanggang sebelumnya. Persamaan reaksinya adalah :
2 ZnS (s) + O2 (g) + 2 H2SO4 (aq)  ZnSO4 (aq) + 2 S (s) + 2 H2O (l)
Debu zink kemudian diaduk bersama dalam larutan zink sulfat untuk mereduksi dan mengendapkan logam-logam yang lebih mudah tereduksi daripada zink. Larutan kemudian disaring dan dielektolisis untuk menghasilkan logam zink murni.


2.    Elektrometalurgi
merupakan suatu proses reduksi mineral atau pemurnian logam menggunakan energy listrik. Natrium dan aluminium diproduksi menurut elektrometalurgi.
a.    Natrium
merupakan logam alkali yang paling dibutuhkan untuk keperluan industry. Sperti logam-logam alkali yang lain, natrium tidak ditemukan dalam keadaan murni di alam karena reaktivitasnya yang sangat tinggi. Logam putih keperakan ini dalam pabrik biasanya diproduksi secara elektrometalurgi menurut proses Downs (gambar 2.2) yaitu denagn mengelektrolisis lelehan natrium klorida (titik leleh 801oC)

Elektrolisis ini dikerjakan dalam sebuah sel silindrik dengan anode grafit dipasang ditengah (sentral) dan katode baja dibuat mengelilingi anode. Untuk menurunkan suhu elektrolisis, ditambahkan kalsium klorida (titik leleh 600oC) sebagai campuran. Campuran 33% CaCL2 – 67% NaCl ternyata mempu menurunkan titik leleh menjadi 580 oC. Kedua elektroda dipisahkan dengan diafragma ayakan baja silindrik sehingga lelehan natrium yang terbentuk mengapung pada bagian atas katode dan tidak bersentuhan dengan gas klorin yang terbentuk pada ruang anode. Natrium cair yang mengandung ~0,2%logam kalsium didinginkan hingga 110oC agar logam kalsium memadat dan terkumpul didasar wadah sehingga natrium cair dapat dipompa kedalam wadah pencetak dingin tempat logam natrium memadat. Persamaan reaksi elektrolisisnya adalah :
Katode       : 2 Na+(NaCl) + 2e  2 Na (l)
Anode        : 2 Cl- (NaCl)            Cl2 (g) + 2e

b.    Aluminium
Logam aluminium juga diproduksi secara elektrometalurgi. Sumber utama aluminium berasal dari mineral bauksit yaitu suatu hidrat aluminium oksida, Al2O3.nH2O. Bauksit berisi sebagian besar silica, SiO2, dan besi (III) oksida, Fe2O3 dan keduanya ini harus dipisahkan. Pemurnian bauksit dolakukan dengan proses Bayer yang berdasarkan pada perbedaan sifat asam-basa dari oksida-oksida yang bersangkutan. Oksida aluminium bersifat amfoterik, besi (III) oksida bersifat basa, dan silica realtif inert atau sedikit asam. Bijih bauksit digerus dengan larutan panas natrium hidroksida dengan tekanan tinggi untuk melarutkan aluminium oksida menjadi garam kompleks tetrahidroksoaluminat (III), Na[Al(OH)4] menurut persamaan reaksi :
 Al2O3 (s) + 2 NaOH (aq) + 3 H2O (l)  2 Na[Al(OH)4] (aq)
Besi(III) oksida dan material lain sebagai pengotor yang tak larut dapat dipisahkan dengan penyaringan. Filtratnya kemudian diencerkan dengan air dan didinginkan sehingga diperoleh endapan aluminium hidroksida, endapan ini kemudian dipisahkan dengan penyaringan dan diubah menjadi aluminium oksida anhidrat dengan pemanasan, menurut persamaan reaksi :
2 Na[Al(OH)4] (aq)  2 Al(OH)3 (s) + 2 NaOH (aq)
2 Al(OH)3 (s)  Al2O3 (s) + 3 H2O (g)
Larutan natrium hidoksida yang diperoleh dapat dipekatkan dan digunakan lagi.
Logam aluminium, selanjutnya diperoleh dari oksidanya secara elektolisis menurut metode yang dikenal sebagai proses Hall. Dalam proses ini, sel elektrolisis (Gambar 2.3) berupa bak-kotak yang dibuat dari baja yang pada bagian dalamnya dilapisi dengan karbon sebagai katode, dan batang-batang karbon sebagai anode dipasang berjajar didalam bak, tercelup didalam elektrolit lelehan kriolit, Na3AlF6 yang mempunyai titik leleh ~1000oC, dan Al2O3 terlarut didalamnya. Proses elektolisis ini berlangsung pada temperatur tinggi, ~1000oC. Selama elektrolisis, ion Al3+ dari oksidanya bermigrasi kekatode kemudian direduksi menjadi logam cair yang akan mengumpul pada bagian dasar sel. Ion O2- bermigrasi keanode dan selanjutnya dioksidasi menjadi gas oksigen. Gas oksigen yang terbentuk bereaksi dengan anode karbon sehingga anode karbon akan semakin berkurang dan harus diganti secara periodik. Elektrolit [AlF6]3- tidak tereduksi karena mempunyai stabilitas yang sangat tinggi. Dengan proses ini dapat diperoleh aluminium dengan kemurnian 99,0-99,9%.


3.    Hidrometalurgi
merupakan istilah umum untuk suatu proses yang melibatkan air dalam ekstraksi dan reduksi logam. Dalam proses peluluhan atau pelumeran, logam atau senyawanya terlarut dan lepas dari bijihnya atau langsung keluar dari endapan bijihnya oleh air, sehingga terbentuk larutan logam tersebut dalam air. Larutan ini dapat dimurnikan dan setelah itu, senyawa logam murni dapat direduksi langsung menjadi logamnya, sedangkan jika yang terbentuk berupa endapan dapat dipisahkan dengan penyaringan. Larutan hasil peluluhan sering dapat diregerasi dan dipakai kembali untuk proses peluluhan. Tembaga dapat diluluhkan oleh asam sulfat bersama oksigen, dan emas oleh larutan sianida bersama oksigen menurut persamaan reaksi berikut :
2 CuFeS2 (s) + H2SO4 (aq) +4 O2 (g)
bijih tembaga        larutan peluluh
       2 CuSO4 (aq) + Fe2O3 (s) + 3 S (s) + H2O (l)
4 Au (s) + 8 CN- (aq) + O2 (g) + H2O (l)  
bijih emas       larutan peluluh
        4 [Au(CN)2]- (aq) + 4 OH- (aq)
Setelah larutan ion logamnya terbentuk, lalu ion logam tersebut direduksi dengan logam lain yang lebih reaktif atau dengan pereduksi lain. Untuk kedua ion logam diatas, dipakai masing-masing logam besi dan zink sebagai reduktor menurut persamaan reaksi :
CuSO4 (aq) + Fe (s)  FeSO4 (aq) + Cu (s)
2 [Au(CN)2]- (aq) + Zn (s)  2 Au (s) + [Zn(CN)4]- (aq)
Hidrometalurgi memberikan beberapa keuntungan :
1.      bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
2.      pemakaian batubara dan cokas pada pemanggangan bijih dan sekaligus sebagai reduktor dalam jumlah besar dapat dihilangkan
3.      polusi atmosfer oleh hasil samping pirometalurgi sebagai belerang dioksida, arsenic (III) oksida, dan debu tungku dapat dihindarkan
4.      untuk bijih-bijih peringkat rendah , metode ini lebih efektif.

2.2    Sumber dan penggunaan besi
Seperti halnya tembaga dan zink, besi terdapat di alam sebagai sulfidanya, FeS atau Fe2S3. Tetapi, mineral ini tidak dimanfaatkan sebagai bijih karena sisa-sisa kelumit belerang sulit dihilangkan. Hematit, Fe2O3 adalah yang paling tinggi kelimpahannya setelah magnetit, Fe3O4 atau FeO.Fe2O3 dan sangat berharga sebagai bijih karena kandungan besinya yang sangat besar. Seperti dinyatakan oleh namanya, magnetit bersifat tertarik oleh magnet.
Siderit FeCO3, terdapat dalam berbagai macam tanah, dan mengakibatkan air tanah bersifat sadah karena garam ini dapat terlarut sebagai hydrogen karbonat, tetapi dalam udara terbuka, larutan besi (II) hidrokarbonat teroksidasi menjadi besi (III) oksida yang tak larut dalam air. Persamaan reaksinya adalah :
FeCO3 (s) + CO2 (g) + H2O (l)   Fe2+ (aq) + HCO32- (aq)
4 Fe2+ (aq) + 4 HCO32- (aq) + O2 (g)  2 Fe2O3 (s) + 8 CO2 (g) + 4 H2O (l)
Hal seperti ini dapat ditemui pada terbentuknya noda coklat dari tetesan air keran yang disebabkan oleh kontak air sadah dengan udara.
Bijih takonit, terutama merupakan oksida-oksida besi yang mengndung silica, dewasa ini penggunaannya sebagai sumber besi di Amerika mengalami kenaikan. Bijih ini benar-benar sanagt keras dan sulit ditangani, namun penelitian metalurgi telah berhasil mengatasi sebagian besar problem yang dihadapi.
Dalam penggunaanya sebagai bahan untuk berbagai keperluan, seperti mesin-mesin industry, otomotif dan sebagainya, besi tidak cukup kuat sehingga perlu dicampur dengan materi lain dalam bentuk paduan. Salah satu paduan yang dikenal dengan nama baja merupakan paduan antara besi dan karbon atau sedikit logam lain. Sifat baja ini bergantung pada cara peleburannya dan persentase kandungan karbon dan logam lainnya dalam paduan tersebut. Kandungan karbon rendah ~0,2% (baja lembek) memberikan sifat dapat ditempa dan digunakan pada pembuatan kawat, pipa dan lembaran baja. Baja Baja medium (kandungan karbon 0,2 – 0,6%) digunakan sebagai rel kereta api, piring didih dan batangan-batangan kerangka bangunan. Baja karbon tinggi (kandungan karbon 0,6 – 1,5%) bersifat keras tetapi kurang ulet dan kurang luwes, banyak digunakan srbagai peralatan-peralatan dapur. Baja stainless merupakan baja medium yang mengandung lebih dari 4% kromium.

a.    Preparasi besi – tanur tinggi
Bahan mentah untuk preparasi besi adalah (1) bijih besi yang telah dipekatkan, (2) kokas, dan (3) batu kapur, CaCO3 yang berperan sebagai fluks. Besi kasar (besi gubal – pig iron) diproduksi didalam tanur tinggi, suatu tanur dengan ketinggian ~100 kaki dan diameter 25 kaki yang dilapisi dengan batu bata yang tahan panas.
Campuran bijih besi, kokas, dan batu kapur dimasukkan dari bagian atas tanur (Gambar 2.5). Hembusan kuat (kecepatan ~350 mph) udara panas atau oksigen ditiupkan melalui bagian bawah tanur tempat kokas diubah menjadi gas CO yang kemudian berperan sebagai agen pereduksi.
Campuran menjadi lebih panas secara perlahan dengan semakin menurunnya ke posisi dasar tanur. Uap air pertama-tama akan terdesak keluar, kemudian sebagian bijih mulai tereduksi oleh karbon monoksida. Pada bagian tanur yang lebih panas, proses reduksi bijih menjadi logam besi menjadi sempurna, batu kapur melepaskan CO2 dan bereaksi dengan pengotor-pengotor bijih terutama silicon dioksida tetapi juga oksida-oksida mangan dan fosfor dengan menghasilkan lelehan ampas. Lelehan besi dan ampas keduanya tidak bercampur melainkan membentuk dua lapisan pada dasar tanur.

Proses reduksi bersifat dapat dibalik/reversible, dan reduksi sempurna hanya terjadi jika karbon dioksida yang terbentuk dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan kokas berlebihan yang akan mereduksi karbon dioksida menjadi karbon monoksida.

b.    Preparasi baja
Besi gubal hasil pengolahan tanur tinggi mengandung sedikit karbon, belerang, fosfor, silicon, mangan, dan pengotor lain. Pada tingkat ini besi bersifat sedemikian rapuh sehingga belum dapat dimanfaatkan. Preparasi besi adalah proses reduksi, tetapi preparasi baja adalah proses oksidasi, yaitu mengoksidasi pengotor-pengotor. Dua tujuan utama pada preparasi baja adalah membakar habis pengotor-pengotor yang tidak diinginkan dari besi gubal, dan menambah atau menanamkan sejumlah tertentu logam atau material lain untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan.
Mangan, fosfor, dan silicon  didalam lelehan besi gubal diubah oleh udara atau oksigen menjadi oksidanya yang kemudian bereaksi dengan fluks yang sesuai menjadi ampas. Belerang masuk kedalam ampas sebagai sulfidanya, dan karbon terbakar menjadi karbon monoksida atau karbon dioksida. Jika pengotor utama adalah mangan, fluks asam yang harus digunakan adalah oksida nonlogam, biasannya yaitu silicon dioksida, yang akan menghasilkan mangan silikat dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
MnO (s) + SiO2 (s)  MnSiO3 (l)
Jika pengotor utama adalah silicon atau fosfor (kasus yang lenih umum), maka fluks yang harus ditambahkan adalah basa seperti magnesium oksida atau kalsium oksida, sehingga terbentuk silikat ataupun pospat menurut persamaan reaksi :
MgO (s) + SiO2 (s)  MgSiO3 (l)
P4O10 (s) + 6 CaO (s)  2 Ca3(PO4)2 (l)
Tanur preparasi baja biasanya dilapisi denga batu-batu yang terbuat dari material fluks, dan lapisan ini menyerap bagian oksida yang harus dipisahkan.


c.    Perlakuan pemanasan baja
Pada temperatur tinggi, besi dan karbon bergabung membentuk besi karbida (Fe3Cl) yang disebut sementit. Reaksinya bersifat reversible dan endotermik, berbeda dengan sebagian besar reaksi penggabungan lainnya yang bersifat eksotermik :
3 Fe (s) + C (s) + panas  Fe3C (s)
Dengan demikian, stabilitas sementit bertambah dengan naiknya temperature, paling tidak ada rentang temperature yang terlibat pada pemanasan baja. Apabila baja sementit didinginkan secara perlahan, keseimbangan reaksi begeser kearah pembentukan besi dan karbon, dan karbon ini terpisah sebagai lapisan tipis grafit yang memberikan warna abu-abu pada baja yang bersangkutan. Tetapi, jika baja didinginkan secara cepat, keseimbangan tidak tercapai dan karbon tetap tinggal dalam bentuk sementit yang berwarna terang. Pada temperature kamar, sifat dekomposisi sementit sangat lambat dan tidak berpengaruh untuk tujuan-tujuan praktis. Baja yang mengandung sementit lebih keras dan lebih rapuh daripada baja yang mengandung grafit. Kandungan karbon sebagai grafit ataupun sementit dalam baja dapat dimodifikasi memalui pemanasan yang sesuai dalam waktu yang pendek kemudian diikuti dengan pendinginan mendadak.


2.3    Paduan Logam (ALOI)
Kombinasi dua jenis logam atau lebih disebut aloi atau paduan logam. Apabila leburan dari dua macam atau lebih logam dicampur atau leburan suatu logam dicampur dengan unsur-unsur nonlogam kemudian campuran yang terjadi didinginkan maka akan diperoleh suatu padatan. Padatan tersebut mungkin merupakan suatu senyawa ionik, campuran sederhana, atau aloi (alloy). Kemungkinan mana yang akan terjadi tergantung pada sifat kimia serta ukuran relatif dari atom- atom unsur-unsur yang dileburkan. Aloi dapat terbentuk apabila dalam padatan yang diperoleh atom-atom yang ada tidak saling bereaksi serta tidak sekedar bercampur satu dengan yang lain dan masih menunjukkan sifat-sifat sebagai logam. Aloi disebut juga dengan lakur atau paduan. Aloi dapat merupakan larutan zat padat (solid solution) dengan kom­posisi yang bervariasi atau suatu senyawa antarlogam (intermetallic compound) dengan komposisi dan struktur internal tertentu. Aloi yang merupakan larutan zat padat ada dua macam, yaitu aloi selitan (inter­stitial alloy) dan aloi substitusi (substitution alloy).

2.4    Jenis-Jenis Aloi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa di dalam kristal logam yang atom-atomnya membentuk susunan rapat heksagonal atau susunan rapat kubus terdapat tempat selitan tetrahedral dan tempat selitan oktahedral. Dalam kristal logam yang atom-atomnya membentuk susunan kubus berpusat badan atau susunan yang lain juga terdapat tempat-tempat selitan. Jumlah tempat selitan tersebut adalah banyak sekali. Atom logam yang lain atau altom nonlogam yang ukurannya sama atau lebih kecil dari ukuran tempat selitan yang ada dapat menempati tempat selitan terebut sehingga terbentuk aloi selitan. Ditempatinya tempat-tempat selitan oleh atom-atom logam atau oleh atom-atom nonlogam yang ukurannya sama atau lebih kecil dianggap tidak merubah struktur dari atom-atom kristal logam murninya.
Apabila perbandingan jari-jari atom unsur yang dipadukan dengan jari-jari atom logam murni berkisar antara 0,225 - 0,414 maka atom-atom dari unsur yang dipadukan akan menempati tempat selitan tetra­hedral. Apabila perbandingan jari-jari atom unsur yang dipadukan denagn jari-jari atom logam murni berkisar antara 0,414 -0,732 maka atom-atom dari unsur yang dipadukan akan menempati tempat selitan oktahedral. Atom hidrogen karena ukurannya relatif kecil dapat me­nempati tempat selitan tetrahedral, akan tetapi atom-atom kecil yang lain seperti boron, karbon, dan nitrogen cenderung menempati tempat selitan oktahedral.

Aloi selitan ada dua macam yaitu aloi selitan acak (random) dan aloi selitan teratur. Pada aloi selitan acak atom-atom dari unsur yang dipadukan mengisi tempat-tempat selitan pada logam induk secara acak, sedangkan pada aloi selitan teratur atom-atom dari unsur yang dipadukan mengisi tempat-tempat selitan pada logam induk secara teratur dan berulang (periodik). Salah satu model susunan atom-atom pada aloi selitan acak dan aloi selitan teratur diberikan pada gambar berikut:

Aloi selitan acak diperoleh apabila leburan aloi didinginkan secara cepat. Untuk memperoleh aloi selitan teratur perlu pendinginan leburan aloi secara lambat. Hubungan antara keteraturan susunan atom-atom dalam aloi dengan waktu pendinginan leburan aloi dapat dianalogikan dengan pembentukan susunan mahasiswa yang akan mengikuti tes. Biasanya pada waktu tes mahasiswa tidak boleh duduk berdampingan. Sering kali pengisian tempat duduk dengan pola kosong-isi-kosong-isi. Seandainya ada 50 mahasiswa yang mengikuti tes dan mereka hanya diberi waktu satu menit untuk membentuk susunan kosong-isi-kosong-isi, maka susunan tersebut cenderung sulit untuk dibentuk. Berbeda halnya bila mereka diberi waktu 5 menit untuk mengatur diri, maka susunan yang diharapkan cenderung lebih mudah terbentuk.
Komposisi dari aloi selitan yang diperoleh tergantung pada banyak­nya tempat selitan yang ditempati oleh atom-atom dari unsur yang dipadukan, sehingga sifat fisik dari aloi selitan yang diperoleh adalah bervariasi. Secara umum sifat fisik dari aloi selitan adalah sebagai berikut:
1.      Struktur kristal dari logam induk pada aloi sama seperti struktur logam dalam kristal murinya seperti ditunjukkan pada gambar diatas
2.      Dapat menghantarkan panas dan listrik.
3.      Lebih keras tetapi lebih rapuh dibandingkan logam murniya.
4.      Lebih sulit ditempa atau diregangkan dibandingkan logam murniya.
5.      Massa jenisnya lebih tinggi dibandingkan massa jenis logam murniya.
6.      Titik leburnya relatif lebih tinggi dibandingkan titik lebur logam murninya.

Kereaktifan logam dalam aloi selitan cenderung lebih rendah di­bandingkan kereaktifan logam murninya. Hal ini disebabkan karena tertutupnya sebagian permukaan dari logam murni oleh atom-atom unsur yang dipadukan. Aloi borida, karbida, dan nitrida cenderung bersifat lembab (inert). mempunyai titik lebur yang sangat tinggi dan keras sekali.
Aloi besi dan karbon adalah penting untuk membuat baja karbon. Pada aloi ini atom-atom besi membentuk susunan kubus berpusat badan (bcc). Atom-atom karbon yang dipadukan menempati sebagian tempat selitan oktahedral yang terdapat pada susunan tersebut. Baja karbon mengandung 0,2 sampai 1.6% atom C. Baja karbon ada tiga kategori yaitu baja karbon rendah, sedang dan tinggi. Baja karbon rendah mengandung atom karbon sampai 0,25%; baja karbon sedang mengan­dung 0,25 sampai 0,45% atom karbon, baja karbon tinggi mengandung 0,45 sampai 1,6% atom karbon. Baja karbon semakin keras dan semakin kuat dengan bertambahnya persentase atom C, akan tetapi semakin sulit ditempa atau diregangkan.
Massa jenis aloi selitan selalu lebih besar dibandingkan massa jenis logam murninya karena beberapa tempat selitan yang semula kosong terisi oleh atom dari unsur yang dipadukan. Massa jenis aloi selitan semakin besar dengan bertambahnya persentase tempat selitan yang terisi oleh atom dari unsur yang dipadukan.

2.    Aloi Substitusi
Pada aloi substitusi atom-atom dari unsur yang dipadukan meng­gantikan sebagian atom-atom dari logam murni. Aloi substitusi terjadi apabila ukuran dari atom-atom unsur yang dipadukan lebih besar dari ukuran tempat selitan tetrahedral dan tempat selitan oktahedral yang ada di dalam kristal logam murninya. Ada dua macam aloi substitusi yaitu aloi substitusi acak (random substitutional alloy) dan aloi substitusi teratur (ordered substitusi alloy) atau kisi super (superlattice). Pada aloi substitusi acak atom-atom dari unsur yang dipadukan menggantikan posisi dari sebagian atom-atom logam mur­ninya secara tidak teratur, sedangkan pada aloi substitusi teratur atom- atom dari unsur yang dipadukan menggantikan posisi dari sebagian atom- atom logam murninya secara teratur dan periodik.

Seperti halnya pada pembuatan aloi selitan, aloi substitusi acak diperoleh apabila leburan aloi didinginkan secara cepat. Untuk mem­peroleh aloi substitusi teratur perlu pendinginan leburan aloi secara lam­bat.
Aloi substitusi dari dua macam logam atau lebih dapat terbentuk dengan rentangan komposisi tertentu atau dengan segala komposisi. Aloi dengan segala komposisi terbentuk apabila logam-logam yang dipadukan dapat membentuk larutan zat padat (solid solution) dengan sembarang komposisi.
Menurut Hume dan Rothery aloi substitusi dengan segala komposisi dapat terjadi antara dua macam logam apabila tiga syarat di bawah terpenuhi yaitu:
      (1)  Perbedaan jari-jari atom logam yang dipadukan tidak lebih dari 15%.
      (2)  Dua logam yang dipadukan memiliki struktur kristal yang sama.
      (3)  Dua logam yang dipadukan memiliki sifat kimia, khususnya elek- tronvalensi
            yang sama.
Aloi substitusi dengan segala komposisi dapat terbentuk antara logam emas dan tembaga karena dua logam tersebut memiliki struktur kristal yang sama (ccp), elektron valensi yang sama (keduanya golongan 11 atau IB) dan perbedaan jari-jari atomnya adalah kurang dari 12,5% . Tembaga dan nikel juga dapat membentuk aloi substitusi dengan segala komposisi karena dua logam tersebut memiliki struktur kristal yang sama (ccp), keelektropositifan yang hampir sama (perbedaan keelektronegatifannya kecil, χCu ~ 2,00; χNi = 1,91) dan perbedaan jari-jari atomnya hanya 2,4% .
Apabila satu, dua, atau tiga persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dua logam yang dipadukan hanya dapat membentuk aloi substitusi dengan rentangan komposisi tertentu. Dalam hal ini ada kecenderungan bahwa rentangan komposisi yang diperoleh semakin kecil dengan sema­kin banyaknya persyaratan yang tidak terpenuhi.
Zink (Zn) dan tembaga (Cu) hanya dapat membentuk aloi yang disebut a-kuningan (a-brass) dengan komposisi maksimal atom zink 38%. Hal ini terjadi karena keduanya memiliki struktur kristal yang berbeda (Zn mengadopsi susunan hcp, Cu mengadopsi susunan ccp) meskipun perbedaan jari-jari atomnya hanya 7,03%. Rumus dari a- kuningan adalah Cu1-x, Znx (0<x< 38%) dan struktur kristalnya sama dengan struktur kristal tembaga.
Timah (Sn) dan timbel (Pb) membentuk aloi substitusi dengan rumus Pb1-x vSnx ( 2 < x < 63%). Sn dan Pb hanya membentuk aloi substitusi dengan rentangan komposisi tertentu karena struktur kristal keduanya berbeda (Sn mengadopsi struktur intan, Pb mengadopsi susunan ccp) meskipun keduanya memiliki elektron valensi yang sama dan perbedaan jari-jari atom hanya 8,02%. Aloi dari Sn dan Pb dengan komposisi atom Sn sekitar 30% disebut solder.
Nikel (Ni) dan titanium (Ti) membentuk aloi yang disebut nitinol. Nitinol memiliki sifat yang istimewa karena dapat mengingat bentuknya semula sehingga seringkali disebut aloi yang memiliki ingatan. Bentuk asli yang dapat diingat oleh nitinol diperoleh dengan memanaskan aloi nikel dan titanium pada temperatur 500 sampai 550°C selama sekitar satu jam dan setelah itu aloi tersebut dibiarkan mengalami pendinginan. Pada temperatur rendah aloi tersebut adalah cukup lunak sehingga mudah dibengkokkan atau ditekuk sehingga bentuknya berubah dari bentuk aslinya. Pada waktu dihangatkan aloi tersebut kembali ke bentuk aslinya. Nitinol ditemukan pada tahun 1960 oleh William J. Buchler, seorang insinyur metalurgi pada Naval Ordnance Laboratory di White Oak, Maryland USA. Nama nitinol diambil dari nikel, titanium dan Naval Ordnance Laboratory. Nitinol memiliki banyak kegunaan, seperti untuk bingkai (frame) kacamata. Dalam bidang kedokteran nitinol dapat digunakan untuk membuat kawat perapi gigi (brace), dan untuk mengganti persendian tulang paha yang rusak.
Aloi substitusi yang mengandung lebih dari dua macam logam juga dapat terbentuk. Alnico misalnya, merupakan aloi yang digunakan untuk membuat magnet pada pengeras suara karena memiliki sifat magnetik yang permanen. Alnico merupakan aloi dari lima macam logam yaitu Al (8%), Ni (14%), Co (24%), Cu (3%), dan Fe (51%).
Di samping aloi selitan dan aloi substitusi, ada juga aloi yang meru­pakan gabungan dari aloi 
selitan dan aloi substitusi. Salah satu contohnya adalah baja tahan karat (stainless Steel). Aloi ini 
terdiri atas besi, karbon, kromium (18-20%) dan nikel (8-12%). Pada baja tahan karat atom 
karbon menempati sebagian tempat selitan oktahedral yang ada, se­dangkan atom kromium dan 
nikel menggantikan sebagian posisi dari atom-atom besi.
                                        
Baja tahan karat mungkin juga mengandung unsur lain selain kromium dan nikel. Beberapa unsur yang terdapat pada baja tahan karat beserta fungsinya diberikan pada Tabel berikut:
Logam
Persentase yang ditambahakan
Pengaruh pada sifat baja yang diperoleh
Tembaga
0,2-1,5
Meningkatkan ketahanan terhadapa korosi
Nikel
0,1-1
Memberikan permukaaan yang bagus
Niobium
0,02-0,12
Meningkatkan kekuatan regang
Nitrigen
0,03
Meningkatkan kekuatan
Mangan
0,2-1,6
Meningkatkan kekuatan
Vanadium
Sampai 0,2
Meningkatkan kekuatan
Beberapa unsur logam yang terdapat pada baja taha karat beserta fungsinya
(Dikutip dari Shriver&Atkins: 2006,82)

Beerapa aloi yang penting secara komersial
Nama Umum
Logam Induk
Komposisi
(Persen massa)
Sifat
Contoh Kegunaan
Alnico
Fe
 Al(8), Ni(14), Co(24), Cu(3), dan fe(51)
 Magnetik
Magnet
Amalgam gigi
Hg
 Hg(50), Ag(35), dan Sn (15)
Mudah dibentuk
Pengisi
 gigi berlubang
Baja Invar
Fe
Fe(64), Ni(36), dan C(0,5)
Memiliki koefisien muai yang kecil
Meteran, pita pengukur
Baja Karbon
Fe
Fe(98,4-99,8) dan C(0,2-1,6)
Keras
Kerangka Bangunan
Baja Kecepatan Tinggi
Fe
Fe(80-86), W (14-20) dan C(0,5)
Sifatnya tidak berubah pada kecepatan tinggi
Alat pemotong dengan kecepatan tinggi
Baja Mangan
Fe
Fe(82-90), Mn (10-18) dan C(0,5)
Keras dan tahan bebam
Rel kereta api, kendaraan tempur
Baja Nikel
Fe
Fe(96-98), Ni (2-4) dan C(0,5)
Keras, elastis, dan tahan korosi
Kabel, roda gigi
Baja Silikon
Fe
Fe(5-99), Si (1-5) dan C(0,5)
Keras, kuat, dan bersifat magnetik
Magnet
Duriron
Fe
Fe(84), Si (145), C(1) dan Mn(1)
Tahan korosi dan tahan asam
Pipa, ceret, dan kondensor
Emas 10 karat
Au
Au(42), Ag(12-20), dan Cu(38-46)
Tahan lama
Perhiasan
Emas 18 karat
Au
Au(75), Ag(10-20), dan Cu(5-15)
Tahan lama
Perhiasan
Gunmetal
Cu
Cu(88), Sn(10), dan Zn(2)
Tahan benturan dan tekanan
Laras senapan, bagian dari mesin
Kuningan
Cu
Cu(67-90), dan Zn (10-33)
Mudah direnggangkan
Pipa
Lead shot
Pb
Pb (99,8) dan As (0,2)
Keras dan tahan korosi
Selongsong peluru
Magnalium
Al
Al (70-90), dan Mg(10-30)
Massa jenisnya rendah
Badan pesawat terbang
Monel
Ni
Ni(60-70), Cu(25-35), Fe dan Mn dengan persentase yang bervariasi
Tahan korosi
Peralatan, bagian dari mesin
Nikrom
Ni
Ni (60), Fe(25), dan Cr(15)
Memiliki daya tahan yang tinggi
Kabel listrik
Pelat baterei timbel
Pb
Pb (94) dan Snb(6)
Cukup tahan korosi
Baterei
Perak Jerman (albata)
Cu
Cu(60), Zn(25), dan Ni(15)
Tahan korosi
Teko, keran
Perak solder
Ag
Ag(63), Cu(30), dan Zn(7)
Titik lebur yang tinggi
Solder dengan titik lebur tinggi
Perak Streling
Ag
Ag(92,5) dan Cu (7,5)
Berkilau
Perhiasana
Perunggu
Cu
Cu(70-95), Zn(1-25), dan Sn (1-18)
Mudah dibentuk
Medali, bel
Perunggu alumunium
Cu
Cu (90) dan Al (10)
Kers dan kuat
Bak atau rumah mesin dan batang penghubung
Pewter
Sn
Sn ( 70-95), Sb(5-15), Pb (0-15)
Tahan korosi
Peralata makanan dan minum
Solder
Pb
Pb (67) dan Sn (33)
Titik lebur rendah
Sambungan solder
3AL-2,5V
Ti
Ti(94,5), Al(3), dan V(2,5)
Kuat dan ringan
Frame sepeda
Wood’s metal
Bi
Bi (50), Pb(25), Sn(13), dan Cd(12)
Titik lebur rendah
Sistem penyairam air otomatis

Salah satu aloi yang banyak digunakan untuk perhiasan adalah emas putih (white gold). Emas putih bukan platina, emas putih merupakan aloi dari emas dengan nikel atau aloi dari emas dengan paladium. Emas putih kadang-kadang mengandung unsur logam ylngj lain seperti perak, tembaga, atau zink dalam jumlah yang kecil. Emas putih memiliki kilau seperti kilau platina. Sekarang nikel jarang digunakan  untuk membuat emas putih karena nikel dapat memberikan reaksi tertentu pada seseorang yang menggunakan perhiasan dari emas putih. Emas putih yang banyak digunakan sebagai perhiasan sekarang kebanyakan merupakan alaoi dari emas dengan perak dan paladiun. Perhiasan yang terbuat dari emas putih sering kali dilapisi dengan rodium (Rh) untuk menghasilkan kilau putih yang lebih bagus. Sebagai  pada emas kuning (yellow gold), kandungan emas pada emas putih juga dinyatakan dengan karat. Kandungan emas pada emas putih 18 karat adalah sama dengan kandungan pada emas kuning 18 karat.

2.6  Pembuatan Aloi
Aloi dibuat secara komersial dengan melelehkan logam aktif, kemudian lelehan yang dihasilkan didinginkan (quenching) dan selanjutnya ditumbuk menjadi bubuk halus. Bubuk ini kemudian dapat dicadar untuk ukuran partikel tertentu tergantung pada aplikasi yang digunakan.
Komposisi aloi awal sangatlah penting karena proses pendinginan menghasilkan berbagai fase yang berbeda-beda yang memiliki sifat-sifat pelindian (leaching) yang berbeda pula. Selama proses pendinginan, sejumlah kecil logam dapat ditambahkan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas katalitik.
Adapun proses paduan logam (aloi) besi, seperti baja. Baja diproduksi dalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair, besi bekas (Skrap) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses pembutan baja, diantaranya adalah:
1.      Proses konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk tabung bulat lonjong denga menghadap kesamping
Sistem Kerja:
-dipanaskan dengan kokas sekitar 1500oc
-dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (1/8 dari volume konvektor)
-kembali ditegakkan
-udara dengan tekanan 1,5-2 atm dihembuskan dari kompresor
-setelah 20-25 menit konvektor dijungkirkan untuk mengeluarkan hasilnya

2.        Proses dalam Dapur Tinggi
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat
karbon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada   suhu   tinggi.   Pada   pembakaran   suhu   tinggi  +  18000oC   dengan   udara panas,     maka     dihasilkan     suhu    yang    dapat    menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi pembuntuan karena proses berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan tambahan. Bahan tambahan bersifat asam apabila bijih besinya   mempunyai   sifat   basa   dan   sebaliknya   bahan   tambahan   diberikan yang bersifat basa apabila bijih besi bersifat asam. Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan keluar melalui bagian   atas   dan   ke   dalam   pemanas   udara.   Terak   yang   menetes   ke   bawah melindungi besi kasar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan, terak ini kemudian dipisahkan. Proses reduksi di dalam dapur tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut:
Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi :
 C+O2   à         CO2

 sebagian   dari   CO2    bersama   dengan   zat   arang   membentuk   zat   yang   berada ditempat yang lebih atas yaitu gas CO.
CO + C  à          2CO
   
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 300  sampai 800 C oksid besi yang lebih    tinggi  diubah     menjadi    oksid   yang    lebih   rendah    oleh   reduksi    tidak langsung dengan CO tersebut menurut prinsip :
Fe  O  + CO   à      2FeO+CO

Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi
tidak langsung menurut prinsip :
FeO+CO    à         FeO+CO2

Reduksi      ini  disebut   tidak   langsung     karena    bukan    zat  arang    murni    yang mereduksi   melainkan   persenyawaan   zat   arang   dengan   oksigen.   sEdangkan reduksi     langsung      terjadi  pada    bagian    yang    terpanas     dari   dapur,    yaitu langsung di atas pipa pengembus. Reduksi ini berlangsung sebagai berikut.
FeO+C     à             Fe+CO

CO   yang   terbentuk   itulah   yang   naik   ke   atas   untuk   mengadakan   reduksi tidak langsung tadi.
Setiap   4   sampai   6   jam   dapur   tinggi   dicerat,   pertama   dikeluarkan   teraknya dan   baru   kemudian   besi.   Besi   yang   keluar   dari   dapur   tinggi   disebut   besi kasar   atau   besi   mentah   yang   digunakan   untuk   membuat   baja   pada   dapur pengolahan baja atau dituang menjadi balok-balok tuangan yang dikirimkan pada pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai bahan baku. Besi   cair   dicerat   dan   dituang   menjadi   besi   kasar   dalam   bentuk   balok-balok besi   kasar   yang   digunakan   sebagai   bahan   ancuran   untuk   pembuatan   besi tuang (di dalam dapur kubah) atau masih dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja (dapur Siemen Martin).

Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi bahanpembuatan   pasir   terak   atau   wol   terak   sebagai   bahan   isolasi   atau   sebagai bahan campuran semen. Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang menjadi balok     besin   kasar   sebagai    bahan    ancuran    di   pabrik   penuangan,      perlu dicampur   dahulu   di   dalam   bak   pencampur   agar   kualitas   dan   susunannya seragam.      Dalam      bak   pencampur dikumpulkan       besi   kasar    cair dari bermacam-macam dapur tinggi yang ada untuk mendapatkan besi kasar cair yang     sama    dan    merata.    Untuk    menghasilkan       besi   kasar   yang    sedikit mengandung   belerang   di   dalam   bak   pencampur   tersebut   dipanaskan   lagi menggunakan gas dapur tinggi.

3.      Proses dapur cawan
proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan besi kasar dalam cawan, kemudian dapur ditutup rapat, lalu di masukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling dan muatan dalam cawan akan mencair. baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan menambahkan unsur-unsur paduan yang diperlukan

4.      Proses dapur kopel
-pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair
-bahan bakar (arang kayu dan kokas) dinyalakan sekitar 15 jam
-kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas 700-800 mm dari dasar tungku, lalu besi kasar dan baja bekas kira-kira 10-15% ton/jam dimasukkan
-15 menit baja cairdikeluarkan dari lubang pengeluaran
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahakan batu kapur (CaCO3 ) dan akan terurai menjadi:
CaCO3                 CaO + CO2
CO2 akan bereaksi dengan karbon:
 CO2 + C          2CO
Gas COyang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit mesin-mesin lain.

3 komentar:

  1. Bagi infonya mengenai cara eksttaksi logam antimony dari mineralnya.. saya sangat membutuhkan info tersebut.

    BalasHapus
  2. Bagi infonya mengenai cara eksttaksi logam antimony dari mineralnya.. saya sangat membutuhkan info tersebut.

    BalasHapus
  3. Bagi infonya mengenai cara eksttaksi logam antimony dari mineralnya.. saya sangat membutuhkan info tersebut.

    BalasHapus

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Chemistry

Template by : fitri-febriyanti / powered by :fitri febriyanti-chemistry education university of lampung 2013